Tidak semua permasalahan bisa diselesaikan dengan perasaan. Tidak semudah itu dengan perasaan manusia yang pemaaf kemudian segampang itu memaafkan atau mengikhlaskan. Bukan mengajari untuk bersikap menyeleweng. Karena perasaan dan pikiran selalu mempunyai peranan yang sama. Jangan menomor satukan perasaan. Karena perasaan itu bisa berubah-ubah. Jangan juga menomor satukan pikiran. Karena memutuskan perkara tanpa diiringi perasaan bisa menghadirkan kekhawatiran atau keraguan dalam hati.
Mungkin karena alasan perempuan yang katanya lebih dominan menggunakan perasaannya yang membuat kita (perempuan) lebih belajar rasional dengan menggunakan akal. Yaitu dengan cara berpikir. Berbeda dengan laki-laki yang mungkin sedikit perlu belajar bagaimana berpikir dengan diiringi perasaan di dalamnya.
Jadilah seimbang, sesuai porsi, dan terus belajar memahami " sebenarnya kita sedang berpikir dengan akal atau hati kita?". Kelihatannya hati harusnya hanya bisa merasa. Tapi justru dialog dengan hati jauh lebih melelahkan daripada dengan pikiran kita.
Komentar
Posting Komentar